Jumat, 31 Juli 2009

Kebiasaan Membunyikan Jari Picu Kerusakan Sendi

Kebiasaan membunyikan atau meretakkan buku-buku jari mungkin sering Anda lakukan ketika letih menulis, mengetik atau bahkan ketika Anda tidak melakukan apa-apa. Sebaiknya hilangkan kebiasaan itu karena dapat mengundang bahaya.

Setelah seharian mengetik di depan komputer atau melakukan aktivitas yang berat, meretakkan buku-buku jari hingga berbunyi memang sungguh nikmat. Rasanya seperti melepas lelah dan ketegangan tangan dan tubuh.

Namun ternyata, kebiasaan itu bisa menimbulkan bahaya dan kerusakan pada persendian.


Untuk membuktikannya, para ahli mencoba membuat sebuah model persendian untuk mengetahui darimana asalnya sumber bunyi ketika kita meretakkan buku-buku jari dan bagimana efeknya pada persendian.

Berdasarkan hasil riset tersebut, diketahui bahwa membunyikan buku-buku jari dapat memicu keluarnya cairan sinovial yang akan berubah menjadi udara bersamaan dengan keluarnya bunyi seperti retakan.

Pendekatan lain menyebutkan bahwa suara retakan berasal dari gesekan otot dengan permukaan. Apapun sumber bunyi tersebut, namun para peneliti mengingatkan bahwa meretakkan buku-buku jari tetap saja berbahaya.

"Gerakan membunyikan buku-buku jari adalah kebiasaan yang salah karena menyalahi aturan persendian normalnya dan dapat menghancurkan tulang-tulang rawan di dalamnya," ujar Edmund Edelma, ketua German Rheumatologists Association (BDRh), seperti dilansir Geniusbeauty, Jumat (31/7/2009).

"Jika kebiasaan ini dilakukan terus menerus maka dapat menimbulkan penyakit sendi yang kronis di kemudian hari," Wallahualam bishawab.

Sabtu, 25 Juli 2009

Kesalahan Fatwa Abu Hurairah, Tentang Wanita Berzina

Sedih. Sampai jatuh pingsan. Tak kuasa mendengar ucapan ulama itu. Betapa beratnya menanggung beban dosa besar. Dalam kitab ‘Tanbighul Ghafilin’, bahwa Abu Hurairah rahdiyallahu anhu berkata : ”Di suatu malam saya bertemu seorang wanita memakai cadar sedang berdiri di jalan". Tampaknya sangat aneh.

Lalu wanita itu berkata : “Wahai Abu Hurairah, saya telah berbuat dosa besar. Apakah saya ada kesempatan bertobat”, ucap wanita itu. “Apa dosamu?”, tanya Hurairah. “Sungguh aku telah berbuat zina dan anak hasil zina ini telah saya bunuh”, jawab wanita itu. “Engkau telah binasa, dan membinasakan, demi Allah tidak ada tobat untukmu”, jawab ulama itu.

Maka, wanita itu, ketika ia mendengar fatwa Abu Hurairah itu, menjerit dan langsung pingsan, ketika sadar lalu ia pergi. Ketika wanita itu pergi, Abu Hurairah menjadi gundah. Kegundahan itu, tak pelak membuat ulama yang terkenal itu, menangisi dirinya sendiri. Abu Hurairah menanyakan kepada dirinya sendiri : ”Bagaimana saya memberi fatwa, sedangkan Rasulullah Shallahu alaihi wa salam masih hidup?”, tukasnya.


Keesokan harinya Abu Hurairah datang kepada Rasulullah Shallahu alaihi was salam, dan menyampaikan kepada beliau : “Wahai Rasulullah, ada seorang wanita tadi malam meminta fatwa, bahwa dirinya telah berbuat zina, kemudian membunuh bayinya dari hasil perbuatannya itu. Dan, saya mengatakan engkau telah binasa, dan membinasakan, demi Allah tidak ada tobatmu”, ucap Hurairah. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, demi Allah kamu telah celaka dan mencelakakan orang lain, tidakkah kamu memahami ayat ini”, jawab Rasulullah.

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain berserta Allah tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dlam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal sholih, maka kejahatan mreka diganti Allah dengan kebajikan. Dan, adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (al-Qur’an, al-Furqan : 68-70).

Selanjutnya, Abu Hurairah bekata, "Maka saya keluar dari kediaman Rasulullah shallahu alaihi was salam, dan sambil berlari-lari dari gang ke gang lain di kota Madinah, sambil saya bertanya : “Siapakah yang dapat menunjukkan saya pada seorang wanita yang meminta fatwa pada saya tadi malam?”, tanya Hurairah. Tapi, anak-anak kecil yang melihat Abu Hurairah itu, menganggap dia sudah gila. Karena, melihat perilaku Hurairah, yang lari kesana kemari, tanpa tentu arah, dan selalu menanyakan seorang wanita.

Kemudian, malam harinya, Hurairah menemukan wanita itu, dan berada di tempatnya semula. Maka, Hurairah memberitahukan pada wanita itu perihal sabda Rasulullah shallahu alaihi was salam, bahwa ia ada kesempatan untuk bertobat. Wanita yang malang itu, berteriak gembira, dan berkata : “Saya mempunyai sebuah kebun, akan saya sedekahkan kepada fakir miskin untuk menebus dosaku”, ucap wanita itu. Padahal, kebun itu, menghasilkan seribu kwintal korma, sedangkan dia sudah tidak memiliki apa-apa lagi.

Sejak itu, wanita yang sangat berbahagia itu, terus bertobat siang malam, tanpa henti, sampai saat senja menjelang Isya’, ia menemui ajalnya, sambil wajahnya nampak tersenyum. Karena telah terbebas dari dosa. Wallahu ‘alam.

Tobatnya Shahabat Anshar yang Melihat Wanita Mandi

Betapa generasi shalafus shalih telah melahirkan orang-orang yang terbaik di zamannya, yang sangat sulit akan ditemukan di zaman ini. Seperti diriwayatkan dari jabir bin Abdullah al Anshari radhiyallahu anhu: “Ada seorang pemuda Anshar masuk Islam, bernama Tsa’labah bin Abdurrahman”, ucapnya. Pemuda itu sangat senang dapat melayani Rasulullah SAW.
Suatu ketika Rasulullah SAW menyuruhnya untuk suatu keperluan, maka pemuda itu melewati sebuah pintu rumah lelaki Anshar, dan pemuda itu melihat seorang wanita Anshar sedang mandi. Lalu, pemuda yang bernama Tsa’labah itu, takut kalau Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW, dan memberitahukan tentang perbuatannya, maka ia pun lari sekencang-kencangnya menuju gunung-gunung yang ada antara Mekah dan Madinah untuk bersembunyi.

Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam, kehilangan Tsa’labah selama empat puluh hari, maka turunlah Jibril alaihis sallam kepada Nabi SAW, dan mengatakan, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam dan berfirman kepadamu , “Sesungguhnya ada seorang lekaki dari umatmu telah berada di gunung-gunung ini memohon perlindungan kepada-Ku”.


Maka, Nabi Muhammad SAW., bersabda, “Wahai Umar dan Salman carilah Tsa’labah bin Abdurrahman dan bawalah ia kepadaku”. Selanjutnya, Umar bersama dengan Salman berjalan keluar dari jalan-jalan Madinah, dan bertemu dengan seorang pengembala di Madinah bernama Dzufafah, dan Umar bertanya kepadanya, “Apakah kamu tahu seorang pemuda yang berada di gunung ini, namnya Tsa’labah?”. Dzufafah menjawab, “Barangkali maksudmu adalah lelaki yang lari dari neraka jahanam?”. Umar bertanya, “Apakah yang kamu maksudkan bahwa ia lari dari neraka jahanam?”.

Dzufafah menjawab, “Karena, jika di waktu malam telah tiba, maka ia datang kepada kami dari tengah gunung-gunung ini dengan meletakkan tangannya diatas kepalanya sambil berteriak, “Wahai, seandainya, Engkau cabut nyawaku, dan Engkau matikan tubuhku, dan tidak membiarkan untuk menunggu keputusan takdir-Mu”. Dan, Umar menjawab, “Dialah lelaki yang kami maksudkan”, ucapnya. Kemudian, Umar datang kepadanya dan mendekapnya, dan Tsa’labah bekata, “Wahai Umar. Apakah Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam, tahu tentang dosaku?”. Umar menjawab, “ Saya tidak tahu, hanya kemarin beliau menyebutmu, lalu menyuruhku dengan Salman mencarimu”. Tsa’labah berkata, “Wahai Umar, janganlah engkau bawa aku kepada Nabi SAW, kecuali beliau sedang shalat. Maka, Umar segera kedalam barisan shalat bersama dengan Salman. Dan, ketika Tsa’labah mendengar bacaan Nabi SAW jatuh pingsan.

Ketika Rasulullah SAW sudah salam, Beliau bersabda, “Wahai Umar, wahai Salman apa yang dilakukan Tsa’labah?”. Keduanya menjawab, “Ini dia Rasulullah”. Kemudian, Nabi Muhammad SAW berdiri menggerak-gerakan badan Tsa’labah, dan membangunkannya”. Lalu, Rasulullah bertanya, “Mengapa engkau menghilang dariku?”. “Dosaku sangat besar, wahai Rasulullah”, ucap Tsa’labah. Dan, Nabi SAW, bersabda, “Tidakkah aku pernah tunjukkan kepadamu ayat yang menerangkan penghapusan dosa dan kesalahan”. “Ya, wahai Rasulullah”, jawab Tsa’labah. Nabi SAW, bersabda, “Bacalah”. “ …Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. (al-Baqarah : 201).

Tsa’labah berkata, “Wahai Rasulullah, dosaku sangat besar”. Nabi SAW bersabda, “Bahkan firman Allahlah yang paling besar”. Kemudian, beliau menyuruhnya pulang ke rumahnya. Sejak itu, Tsa’labah sakit selama delapan hari, kemudian datang Salman kepada Rasulullah SAW, dan berkata, “Wahai Rasulullah, sudah tahukah engkau berita tentang Tsa’labah? Sesungguhnya, ia sedang sakit keras, karena perasaan dosanya”. “Marilah kita menjenguknya”, ucap Rasulullah.

Sesudah Rasulullah SAW, sampai di rumah Tsa’labah, meletakkan kepala Tsa’labah diantas pangkuannya. Tetapi, setiap kepalanya diletakkan dipangkuan Rasulullah, selalu Tsa’labah menggesernya. “Kenapa kamu geserkan kepalamu dari pangkuanku?”, tanya Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam. “Kapalaku penuh dengan dosa, wahai Rasulullah”, jawab Tsa’labah. Nabi SAW bertanya , “Apakah yang kamu lakukan?”, tanya Rasulullah SAW. “Seperti rayap dan semut berada diantara tulang, daging dan kulitku”, jawab Tsa’labah. “Apakah yang kamu senangi?”, tanya Rasulullah SAW. “Ampunan Tuhanku”, jawab Tsa’labah.

Kemudian, Jabir berkata, “Ketika itu turunlah Jibril Alaihisallam, mengatakan, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam padamu, dan berfirman, “JIka hamba-Ku ini menemui-Ku dengan dosa sejengkal tanah, maka Aku akan menemui dengan sejengkal ampunan”. Ketika itu, Rasulullah SAW memberitahu Tsa’labah, dan seketika itu, Shahabat Tsa’labah menjerit, karena senang, dan kemudian meninggal.

Rasulullah SAW, menyuruh para Shahabat lainnya,memandikan dan mengkafaninya. Ketika, beliau meshalatinya, belaiu datang berjalan dengan merangkak. Ketika dimakamkan, beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, kami melihatmu berjalan merangkak”. Kemudian, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Demi Allah yang telah mengutusku sebagai Nabi dengan haq, aku tidak bisa meletakkan kakiku diatas bumi, karena banyaknya malaikat yang turun mengantarkan jenazah Tsa’labah”. Wallahu’alam. disadur dari Mashadi

Jumat, 17 Juli 2009

JALAN MENUJU KEABADIAN

Kematian, adalah keniscayaan. Tak satu jiwapun mampu menghindarinya. Nyaris semua orang merasa sangat berat meninggalkan hidup ini. Semua berkata dalam hatinya seperti ucapan Khairil Anwar: "Aku ingin hidup seribu tahun lagi". Al-Quran pun menggunakan kalimat serupa:"Setiap seseorang diantara mereka menginginkan seandainya dia diberi umur seribu tahun....(QS:2:96). Keinginan kekal itu digunakan Iblis untuk menipu Adam as dan pasangannya sehingga mereka berdua memakan buah pohon khuld/pohon keabadian (QS:20:103).
Keinginan hidup kekal antara lain disebabkan karena umur manusia tak sepanjang harapan dan cita-citanya. Maut jadi bahasan agama dan filsafat, bahkan sementara filsuf menegaskan bahwa maut adalah asal usul semua agama. Para fi;suf mempunyai dua pandangan yang bertolak belakang tentang hidup Ada yang pesimis, memandang hidup sebagai sesuatu yang berat, penuh kesulitan lalu berakhir dengan maut yang berarti kepunahan.

Ada juga yang optims memandang hidup sebagai kehormatan dan tanggungjawab yang dapat berakhir dengan kebahagiaan dan keabadian yang baru diperoleh melalui maut. Sebagian yang pesimis, menganut faham mumpung: "Selam anda masih hidup, maka lakukan apa saja yang menyenangkan hati sekaligus mewujudkan eksistensi Anda. Jangan hiraukan apapun, karena pada akhirnya suka atau tidak suka, Anda pasti berakhir".
Yang optimis menilai kematian bukan akhir dari segala-galanya. Keberadaan kuburan dan menziarahinya yang dilakukan oleh manusia primitif hingga manusia moderen, membuktikan bahwa manusia enggan menganggap kematian sebagai kepunahan. Yang meninggal dunia, hanya berpindah dari satu tempat ketempat lain. Mereka mersa masih dapat berhubungan bukan saja melalui do'a tetapi juga tak sedikit yang menyampaikan keluhan dan harapan kepada yang telah berpulang itu. Bahkan ada yang membuat patung-patung bagi yang telah berpulang untuk mereka sembah.

Yang optimis menilai bahwa perjalanan manusia mencapai kesempurnaan haruslah melalui pintu kematian, tak ubahnya sepeti ayam. Unggas ini tak dapat meraih kesempurnaannya kecuali dengan meninggalkan kulit telur yang menjadi tempatnya sebelum menetas. Bumi tempat manusia hidup adalah "kulit telur" manusia. Kematian adalah tangga menuju keabadian, hidup yang tanpa mati.Al-Quran paling tidak menggunakan empat kata untuk menggambarkan kematian.

1]Maut, yang mengisyaratkan berpisahnya ruh dari badan. Ruhnya sebenarnya masih tetap ada, dia hanya meninggalkan tubuh biologisnya saja, dan tubuh biologis akan hancur menyatu dengan tanah. 2]Ajal/batas akhir sesuatu. Siapa yang meninggalkan dunia maka telah sampai ke batas akhir dari keberadaannya di dunia. Tetapi "aku"nya tetap ada dan beralih bersama ruh ruh di alam yang berbeda.3] Wafat/sempurna. Ynag meninggal dunia telah sempurna keberadaannya di pentas bumi dan telah memainkan peranannya sebagai khalifatullah di muka bumi. Ini juga mengajarkan bahwa jangan pernah menduga yang meninggal dengan kecelakaan atau terbunuh, wafat sebelum waktunya, atau bahwa seandainya itu tak terjadi maka yang bersangkutan masih dapat berada di pentas bumi.4] Ruju'/kembali. Dari akar kata ini kalimat yang diajarkan untuk di ucapkan ketika mendengar berita kematian, "Sungguh kami milik allah dan sungguh kami hanya kepadaNya akan kembali."

Kata ini memgingatkan tentang kembalinya yang meninggal ke asalnya. Salahsatu kesan yang hendak digambarkan oleh kata ini, bahwa kembali tersebut menyenangkan. Bukankah kembali/mudik ke kampung halaman dan bertemu dengan sanak keluarga merupakan kenikmatan ruhani yang sangat dalam? Bukankah untuk mudik seseorang rela berletih-letih bahkan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan kenikmatan itu? Alhasil ketika berbicara tentang maut, agama Islam berupaya mempertebal optimisme penganutnya sekaligus mengurangi rasa cemas dan takutnya.

Memang maut betapapun banyak riwayat yang menyatakan kepedihan sekaratnya, tetapi ia ringan jika hanya itu yang dihadapi. Keyakinan agama menekankan bahwa hanya tiu, tetapi ada perhitungan, ada surga dan ada neraka. Itulah yang jauh lebih mengkhawatirkan ketimbang maut. Dan karena itulah perlu persiapan yang serius menghadapi hidup sesudah mati. Wallahhu alam bishawab.

di kutip dari M.Quraish Shihab

style="font-weight:bold;">

















Selasa, 07 Juli 2009

Rintihan Tanpa Suara

Barang langka mahal harganya. Semakin unik suatu barang semakin tinggi nilainya. Tapi berhenti dulu , kedua kalimat tadi mungkin tidak bisa 'diamini' semua orang selain yang memang menyukai kelangkaan dan keunikan apalagi jika dipersempit hanya pada benda . Namun demikian secara umum kelangkaan dan keunikan pasti akan menyedot perhatian orang banyak. Di kota besar seperti Jakarta, silaturahmi dengan kerabat, saudara atau teman lama juga bisa merupakan suatu kelangkaan, mungkin hanya lebaran yang mampu membuka arah jalan kesana sedangkan diluar itu sangat susah. Adapun kejadian atau kegiatan yang bisa mengumpulkan kerabat atau teman diluar hari raya misalnya acara arisan, pernikahan, pengajian dan ta'ziah atau menjenguk kerabat kita yang meninggal dunia.

Dua bulan yang lalu sewaktu ibu saya meninggal dunia, setelah diamanah Allah kanker di kepalanya selama dua tahun, saya bertemu dengan banyak kerabat yang pada hari biasa belum tentu bisa terwujud. Bahkan ada yang datang dari kampung walaupun belum pernah menginjakan kaki di Jakarta, namun tetap dilakukan untuk memberikan penghormatan terakhir untuk almarhumah ibu. Suatu saat saudara tersebut bertanya mengapa banyak sekali pengemis yang ditemuinya dipersimpangan jalan sejak dari bandara sampai kerumah. Dia bahkan berseloroh " Fakir miskin ada dimana-mana tetapi pengemis hanya ada di Jakarta".


Saya harus mengakui di kampung saya memang banyak fakir miskin tetapi tidak ada yang sudi jadi pengemis. Tiga puluh tahun yang lalu, teman yang merupakan tetangga di kampung ditinggal mati oleh ayahnya sedangkan adik-adiknya yang berjumlah dua orang masih kecil-kecil. Teman tersebut berumur lima tahun sedangkan kakaknya berumur tujuh tahun. Keduanya bekerja sebagai buruh di pelabuhan, mengangkut ikan yang datang yang dibawa oleh nelayan. Ibunya bekerja sebagai tukang cuci pakaian di rumah tetangga sekitarnya, padahal tetangga sekitar juga bekerja sebagai nelayan dan pedagang. Dipasar-pasar anak-anak meninggalkan bangku sekolah agar bisa mencari nafkah sebagai kuli angkut barang dari dalam pasar ke tukang becak didepan pasar tersebut bahkan tidak jarang tukang becak tersebut adalah ayahnya. Mereka seperti tidak mengenal kata 'meminta-minta' .

Fakir miskin belum tentu jadi pengemis dan pengemis belum tentu hidup dalam kemiskinan. Didalam Al Qur'an kita diminta untuk menyantuni fakir miskin , memang tidak pernah ada kata-kata menyantuni pengemis tetapi itu juga tidak menjadi alasan untuk mengabaikan mereka. Diluar kewajiban kita untuk memberi kepada siapapun tanpa mempertanyakan status yang meminta, kita harus mampu memaknai bahwa menjadi fakir miskin mungkin sudah sebuah ketentuan tetapi menjadi pengemis merupakan suatu pilihan.

Diluar sana banyak tangan-tangan yang tidak mau menengadah kecuali kepada tuhannya sampai izrail menyapa mereka. Kita dipaksa oleh Allah untuk mencari rintihan tanpa suara tersebut dan tidak menjadikan keheningan mereka sebagai alasan untuk tidak memberi. Jika yang menengadah tangan didepan mata kita bisa terabaikan, lalu bagaimana caranya agar kita bisa perduli pada yang hanya mau mengepalkan tangan meremas perutnya yang telah lama tidak terisi. disadur dari David

Salam

Senin, 06 Juli 2009

PERTANIAN DAN PERKEBUNAN ORGANIK DENGAN GOLDEN HARVEST

Kini ada solusi untuk pertanian Indonesia. Tiens Group telah meluncurkan pupuk hayati, Tiens Golden Harvest. Pupuk ini dapat digunakan untuk semua tanaman pertanian dan perkebunan. Golden Harvest menggunakan bahan alami mikroba asli Indonesia (mikroorganism indiegenous). Ramah lingkungan, cocok untuk tanah Indonesia, menghemat pupuk kimia dan pupuk kandang/kompos 50%, meningkatkan panen 20-50 %, mengurangi kandungan racun pestisida pada tanaman, dan menghasilkan produk pertanian organik.Apa yang terjadi saat ini pada sawah/kebun yang menggunakan pupuk kimia selama ini?


Tanah semakin kritis, tidak subur, hasil panen merosot dan tidak tahan hama. Ini diakibatkan tidak seimbangnya pemupukan. Selama ini hanya menggunakan dua unsur saja. Yaitu fisik (dibajak, dicangkul, dan digemurkan) serta kimia (penggunaan pupuk kimia) secara terus menerus. Kita melupakan unsur biologi. Padahal tanah membutuhkan unsur ini agar kesuburannya tetap seimbang. Petani juga selalu dihadapkan pada kelangkaan dan mahalnya pupuk kimia. Kondisi seperti ini mengakibatkan petani semakin sengsara.

Presiden (poto)saat menghadiri pameran Golden Harvest (Agrobost saat itu) di Solo.
Peluncuran pupuk ini telah mendapatkan dukungan dari pemerintah Indonesia dalam rangka program ketahanan pangan Indonesia dan swasembada pangan serta pertanian yang ramah lingkungan (go green). Golden Harvest mengandung :

Hormon tumbuh biologi IAA (Indole Acetic Acid)
Merangsang pertumbuhan akar serabut sehingga penyerapan tanaman terhadap makanan (hara) lebih optimal. Taman cepat tumbuh, buah lebih besar dan banyak Azotobacter Sp
Melindungi hormon tumbuh
Azospirillum Sr, Penambat Nitrogen (N) dari udara bebas agar dapat diserap tanaman
Mikroba Selulolitik, Menghasilkan enzim selulos yang berguna dalam proses pembusukan bahan organik
Mikroba Pelarut Fospat,Melarutkan fospat yang terikat dalam mineral liat tanah menjadi senyawa yang mudah diserap tanaman
Lactobacillus Sp, Membantu proses fermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa asam laktat yang dapat diserap tanaman
Pseudomonas Spm, Menghasilkan enzim lignin yang dapat mengurai zat-zat kimia pestisida

Keuntungan penggunaan Golden Harvest untuk padi :

- Hemat pupuk (kimia, kandang, kompos) sampai 50%
- Tanaman liar (gulma) berkurang
- Lebih tahan terhadap serangan hama
- Anakan lebih banyak
- Panen lebih cepat dan daun bulir lebih berisi
- Kualitas dan jumlah hasil gabah jadi lebih baik
- Ramah lingkunan dan minim racun pestisida berbahaya (padi organik)

Golden Harvest juga dapat digunakan untuk tanaman sayuran, buah-buahan dan tanaman hias. Apel, bawang, bungan hias, cabe, coklat, durian, jagung, kacang tanah, kakao, karet, kedelai, kentang, kopi, lada, mangga, melon, pisang, sawi, semangka, sayuran, singkong, strawberry, tanaman obat, dll.
Anda bisa memiliki buku panduan penggunaan Golden Harvest seharga Rp.15.000,00
Anda juga bisa mendapatkan harga berlangganan sebesar Rp 90.000,00. Caranya mudah cukup mendaftarkan diri Anda dengan uang pendaftaran berlangganan Rp 85.000. Kartu anggota untuk berlangganan berlaku seumur hidup. Anda juga mendapatkan hak usaha untuk memasarkan produk Golden Harvest ini. Segera hubungi 0852 1981 0855

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger