Senin, 29 Maret 2010

Taqwa Itu Tersembunyi Dibalik Ujian

Di Jakarta utara rembesan air laut telah membuat kandungan air di dalam tanah menjadi asin, banyak warga yang membeli air untuk keperluan dapur seperti untuk minum dan memasak, dan air tanah di gunakan hanya untuk mandi dan mencuci pakaian. Pedagang-pedagang air keliling sering mondar-mandir didaerah padat tersebut dan hal itu sudah tidak asing lagi bagi penduduk sekitarya. Sebenarnya hampir seluruh Jakarta mengalami krisis air bersih, tetapi Jakarta Utara mengalami tingkat teratas dalam masalah ini.

Hari itu seorang pedagang air keliling terjatuh di depan Andi, ada batu yang membuat kakinya tersandung dan jatuh keselokan disamping trotoar jalan. Umur bapak tersebut sekitar enam puluhan jika dilihat dari keriput di wajah dan warna rambut yang hampir semuanya memutih. Kaki bapak itu terkilir sehingga jalannya agak pincang. Setelah membantu berdiri, Andi kemudian menepikan gerobak airnya agar tidak menghalangi jalan bagi kendaraan umum. " Ada yang bisa dibantu pak ?" tanya Andi berniat memberikan sedikit uang saku hanya sebagai tanda simpati. " Ada, bisa tolong saya di papah sebentar ke lorong sebelah sana , agak susah saya jalan di tempat sempit itu dengan kaki seperti ini " kata Bapak tersebut. Diantara rumah yang berjejer sangat rapat ada sebuah gang kecil yang berbatu tidak jauh dari mereka berdiri.


Andi memapah Bapak tersebut kearah yang dimaksud secara perlahan. Sesampainya disana ada seorang kakek yang jauh lebih tua dari Bapak tadi sedang duduk seperti merintih kesakitan. " Ini pak ada sedikit uang buat beli obat dan makan " kata Bapak tersebut kepada Bapak tua di depannya sambil memberi beberapa lembar uang ribuan. Hati Andi berdesir kencang, niat untuk memberi bantuan hilang seketika dan rasa malu muncul sebagai gantinya. Bapak tua itu seperti seorang pengemis yang sedang sakit karena terlihat disudut pintu ada sebuah mangkok yang masih menyisakan tiga keping uang pecahan seratus rupiah, entah dimana keluarganya yang lain. Andi secara sembunyi menyelipkan uang yang diniatkan untuk di berikan kepada tukang air tadi kepada pengemis yang sedang sakit itu.

" Memberi ketika berlebih itu mudah, tapi menyisakan sedikit dari yang sedikt itu agak susah dek" kata Bapak itu dalam papahan Andi. " iya Pak , mudah-mudahan Allah memberikan rezeki yang lebih banyak kepada Bapak" jawab Andi menguatkan keyakinan Bapak tersebut. " Bukan sekedar lebih banyak dek, tapi juga lebih berkah, takutnya banyak yang tidak berkah itu membuat kita sulit berbagi, dan uangnya habis tidak menentu" sahut Bapak itu sambil membetulkan posisi gerobak airnya. Andi hanya mengangguk sambil permisi untuk melanjutkan perjalanan, tapi dia kebingungan karena sepeda motor yang di parkir tidak jauh dari gerobak air bapak itu mendadak hilang. Andi bertanya kepada orang lewat atau yang kebetulan berada disana , tapi tidak ada yang mengetahui. Badan Andi lemas, sepeda motor itu adalah satu-satunya alat transportasi yang dimilikinya. " Ahhhh mengapa niat baik, mendapat hasil yang tidak baik ??" keluh Andi kepada Tuhan.

" Ada apa dek, motornya hilang ?" tanya Bapak itu mendekat kepada Andi. " Maafin Bapak dek, karena menolong Bapak, Adek jadi susah" keluh Bapak itu merasa bersalah. " Ya sudahlah , mau gimana lagi Pak, saya permisi dulu Pak, takut terlambat kekantor" jawab Andi yang terus berlari mencari kendaraan umum, saat itu Andi malas melapor kekantor polisi melaporkan kehilangan sepeda motornya.

Selang beberapa saat kemudian Andi sudah berada diatas Kopaja, sebuah angkutan umum menuju tempatnya bekerja. Diatas angkutan tersebut hanya ada delapan orang penumpang laki-laki termasuk dirinya, tidak lama kemudian naik seorang wanita yang berdandan seperti seorang karyawati yang hendak berangkat kerja dan duduk diantara penumpang. Memasuki jalanan agak sepi, salah seorang dari penumpang mencoba merampas tas milik wanita tersebut. Melihat hal itu Andi tidak tinggal diam, dia mencoba merebut kembali. Tetapi ternyata semua penumpang yang tersisa adalah kawanan penjahat. Mereka berhasil mengeroyok dan melempar Andi di tengah jalan. Beruntung saat itu Andi terjatuh diatara semak-semak belukar sehingga tidak mengalami kecelakaan lebih parah selain bekas pukulan lawan yang mendarat di muka dan tubuhnya. Andi berteriak minta tolong kepada orang berada disekitar sana untuk menghentikan Kopaja tersebut. " Ya Allah mengapa lagi-lagi niat baik, selalu menghasilkan sesuatu yang tidak baik, apakah ada yang salah dengan diri hambamu ini ya Rabb ?" kembali Andi mengeluh kepada Tuhan.

Kopaja tersebut telah menghilang di ujung jalan dan beberapa orang yang mengejarnya juga sudah tidak terlihat. Beberapa orang yang ada di lokasi bertanya-tanya apa yang terjadi dan di jawab singkat oleh Andi, karena tidak mau berlama-lama, apalagi sampai polisi datang. Entah mengapa Andi seperti tidak mau berhubungan dengan petugas ini dan berusaha menghindar, meskipun tenaga petugas itu jelas sangat di butuhkannya.

Setelah menjauh dari kerumunan massa, Andi baru menyadari bahwa dompetnya telah hilang, tidak ada yang tersisa. Niat untuk pergi kekantor mendadak hilang dan dia memutuskan untuk pulang kerumah. Masih ada sisa uang sedikit dikantong buat sekedar ongkos pulang pikir Andi sambil berjalan menelusuri jalan mencari posisi yang baik untuk memberhentikan bis angkutan. Beberapa lama berjalan, bis yang di tunggu tidak muncul juga. Tiba-tiba Andi melihat seorang anak kecil berseragam sekolah menangis di pinggir jalan. " Ada apa dik , ada yang bisa kakak bantu ?" tanya Andi mendekat kepada anak itu. " Aku tersasar kak, tadi teman-teman ninggalin Aku, waktu aku lagi pipis di belakang tembok itu " kata anak itu menunjuk karah tembok di ujung jalan. " Tapi bisa sampai sini gimana ceritanya, memangnya adik gak sekolah ? sekarangkan masih jam sekolah ? " pertanyaan beruntun diajukan Andi kepada anak itu " Dipulangkan Kak, soalnya gurunya ada rapat terus, teman ngajakin main kerumahnya, ada lima orang sih tadi yang jalan, terus habis turun dari bis aku kebelet pengen pipis, aku bilangin sama teman-teman agar nungguin , tapi malah di tinggal " cerita Anak itu dengan mata masih berair.

" Ya Allah kejadian apa lagi yang akan menimpa hamba setelah menolong anak ini ?" gumam Andi dalam hati, seperti ragu untuk menolong. " Tinggal mu dimana dik ?" tanya Andi. " Di Bandengan Kak" jawab anak itu.
" hhhmm uang hanya cukup untuk ongkos sampai rumah anak ini, terus aku pulang naik apa ? " pikir Andi putus asa, " ya sudahlah, Allah Maha melihat, mungkin inilah bentuk kepasrahan dan keikhlasanku hari ini yang hendak di uji dalam menempuh jalanNya" kata Andi meyakinkan dirinya. Andi kemudian berangkat mengantar anak itu kerumahnya. Setelah dua kali naik kendaraan umum , mereka tiba di sebuah perkampungan padat penduduk, dengan rumah yang sangat rapat antara satu dengan yang lain. Andi dibawa menelusuri gang berliku yang terkadang tampak agak kumuh. Tiba-tiba sewaktu memasuki gang sempit Andi dikejutkan dengan penglihatannya. Motornya yang hilang tersandar di sebuah dinding rumah, dan yang lebih mengejutkannya ternyata gerombolan orang yang tadi memukulnya di atas Kopaja sedang berkumpul disana. " Apakah ini perkampungan para pencuri dan perampok ?" pikir Andi semakin gelisah

" Jangan bergerak" kata seseorang dari belakang yang kemudian membekap mulut Andi dan menariknya. " Hehehehe masih tidak mau merepotkan adikmu ini " bisik seseorang. " Eh kamu Man, saya kira siapa, tahu dari mana kamu saya ada disini ?" balas Andi kepada orang itu. Dia adalah Rahman adiknya yang bertugas sebagai polisi didaerah Jakarta Utara. Andi selama ini memang tidak suka merepotkannya walaupun itu sudah menjadi kewajibannya. Banyak orang yang memanfaatkan posisi seseorang untuk mempermudah suatu urusan dan Andi tidak mau menjadi salah satu diantara mereka. " Ada laporan perampokan tadi dari seorang perempuan, dan informan kami mengatakan bahwa mereka lari kearah sini. Daerah ini memang telah lama jadi target kami dan saat ini angota polisi telah mengepung daerah ini" jawab adiknya atas pertanyaan Andi tadi.

Penangkapan berlangsung cepat, beberapa orang tersangka berusaha melarikan diri tetapi tertangkap. Motor Andi berhasil kembali tanpa kekurangan apapun, bahkan dompetnyapun dapat dikembalikan walaupun isinya sudah terkuras semua. Setelah mengantar anak itu pulang, Andi merubah niatnya untuk kembali bekerja, mengarungi sisa hari ini yang berjalan begitu cepat dengan banyak pelajaran yang tidak akan pernah dilupakannya, bahwa untuk menjadi orang yang bertaqwa itu memerlukan ujian untuk membuktikannya , bukan sekedar omongan yang di umbar kemana-mana, karena wujud taqwa adalah pada perilaku sehari-hari, perilaku para shalihin yang hanya mengharapkan ridho Allah semata. Wallahu alam bishawab


Salam

Jiwa Yang Tenang

Melintasi hari yang tak menentu, terkadang terik seperti memanggang kulit dan terkadang hujan menyapu jalanan. Saat itu matahari sedang tertawa diatas kepala , saya duduk diantara roda-roda berputar menerobos deru campur debu. Memenuhi kebutuhan hidup memaksa kaki banyak orang untuk berjalan kesana-kemari. Bekerja dan mempekerjakan, menyuruh dan disuruh, memerintah dan di perintah hanya demi benda keramat yang bernama uang. Benda ini telah mampu menyaingi Tuhan karena bisa membuat orang bekerja walaupun dengan terpaksa hanya dengan mencantumkan alasan yang masuk logika.

Ahhh... ternyata nama Tuhan telah tercoreng moreng dimana-mana. Tuhan telah diseret kelembaga tinggi hanya untuk mendengarkan sumpah kesetian yang berakhir dengan pengingkaran. ..." Demi Allah saya bersumpah... ." terdengar samar-samar Tuhan disebut-sebut. Ditempat arisan ibu-ibu, Tuhan telah bercampur dengan ghibah. " MasyaAllah.. .masa sih Jeng ibu itu suka gituan.....apa gak ingat umur dia" kata salah seorang ibu " Isya Allah kalau ada waktu nanti kita cerita-cerita lagi ya bu" kata ibu lain mengahiri. Di tempat pelacuran pun nama Tuhan sering dijadikan sebagai tameng. " pelan-pelan mas....bismillah. ..mudah-mudahan gak bocor kayak kemaren " bisik seorang pelacur yang alat kontrasepsinya sempat bocor beberapa waktu yang lalu.


" Yan masuk Dzuhur mampir ke masjid depan yuk " teriak teman dari atas sepeda motor. Beberapa orang mulai memarkir kendaraannya di depan masjid. Ada yang datang dengan jalan kaki termasuk para pedagang, karyawan, pelajar dan semua yang masih mengingat Tuhan saat itu. Diluar sana masih banyak yang mengejar tuhan-tuhan dunia, tuhan yang penuh warna. Tuhan sering berpindah-pindah, terkadang ada kepala terkadang singgah kehati nurani dan terkadang mampir kemulut. Sewaktu sholat Tuhan lebih sering berada di mulut, sedangkan kepala tetap berisi dunia dan permasalahannya. Kegelisahan tetap menghantui walaupun telah setor muka dengan Tuhan." 'ala bizzikrillahi tatmainnul qulub, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang " kata Allah di surah Ar Ra'd, akan tetapi mengingat Allah seperti apa yang menjadikan hati itu tenang ? apakah dengan melafazkan asmaNya berulang-ulang? seperti dilakukan oleh seorang bapak tua sampai tidur di pojok masjid selesai sholat dzuhur, atau ada cara mengingat yang lain ?

Sehabis mengarungi hari yan penuh liku, keletihan menghampiri sekujur tubuh, adzan maghrib mengalun menghentak jiwa. Banyak yang jiwa yang tersangkut di rongga-rongga jalan berbaur dalam kemacetan ibu kota, disudut-sudut kantor, mengais rezeki di pinggir-pinggir jalan dan yang lain terlena didepan acara televisi. " Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah, irji'i ilaa rabbiki radhiatan mardhiah, wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi di ridhoiNya" seru Allah di surah Al Fajr. hati tersentak seketika , ternyata yang dimakud dengan tatmainnul qulub atau hati yang tenang dengan mengingat Allah, adalah dengan mengingat bahwa kita akan kembali kepadaNya, bahwa apa yang kita cari didunia hanyalah bekal untuk beribadah dan bukan Allah yang harus menuruti cara hidup kita. seperti tangisan seorang anak " Ibu aku ingin kembali kepadamu ..tapi bekal perjalanku menujumu kurang ibu...berilah aku uang untuk bekal itu ibu....", aneh bukan ? disadur dari david sofyan

Salam

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger