Sabtu, 05 Februari 2011

Muhammad Sebagai Pedagang

Nabi besar Muhammad SAW lahir hari Senin tanggal 12 Rabi'ul Awal 571 Masehi dalam keadaan yatim dari keturunan Bani Hasyim. Beliau tidak lahir di tengah-tengah bangsa Mesir yang sudah terkenal sebagai nenek moyang pradaban sejak abad ke-40 SM. Beliau juga bukan lahir dari bangsa Israel, daerah asal para Nabi besar sebelumnya, mulai dari Musa, Daud, Sulaiman dan Isa. Nabi tidak lahir di Yunani yang telah melahirkan filsuf-filsuf dunia seperti Plato, Aristoteles dan Socretes, atau juga tidak lahir di India atau Cina, yang terkenal memiliki peradaban yang tinggi sebelum kedatangan Islam.



Melaikan, beliau dilahirkan di tengah-tengah suku Quraisy yang jahiliyah di Arabia. Tidak seperti provinsi Riau yang kaya dengan sumber daya alam, dibawah minyak diatas minyak. Arabia adalah wilayah padang pasir yang tandus dan waktu itu belum ditemukan minyak. Walau jazirah Arabia dikelilingi laut di tiga sisinya, namun wilayah ini nyaris tidak memiliki sungai kecuali sungai-sungai kecil saja. Dengan kondisi alam seperti ini kegiatan ekonomi terbatas pada usaha pertanian, peternakan, dan perdagangan.


Sebelum datangnya Islam kondisi jazirah Arabia sangat terbelakang. Sebagian besar penduduknya tidak mengenal pendidikan. Karena keterbelakangan dan kebodohan inilah mereka disebut masyarakat jahiliyah. Mereka hidup secara nomaden dari satu tempat ketempat lain. Merampok, berjudi dan minum khamar adalah pekerjaan sehari-hari mereka. Masyarakat jahiliyah terdiri dari kelompok-kelompok politik dan kesukuan dengan keperceyaaan berbeda-beda. Tiap pihak dan kelompok selalu bertengkar, dan sistem yang berlaku adalah hukum rimba. Pendek kata, tidak ada sesuatu yang membanggakan dari masyarakat jahiliyah dilihat dari segi ekonomi, politik, budaya, apalagi moral.

Tetapi uniknya, ditengah kelompok masyarakat yang seperti inilah Nabi Muhammad lahir dan tumbuh jadi pedagang yang sukses, kemudian menjadi Nabi, dan negarawan Islam. Sebagai pedagang yang sukses, beliau pernah berkata bahwa; "Sembilan dari sepuluh sumber rezeki berasal dari perdagangan". Apa yang disampaikan beliau tersebut bukanlah kata-kata kosong belaka. Kenyataanya sepanjang sejarah manusia dapat di buktikan bahwa tidak ada bangsa yang menapak maju tanpa didukung oleh pedagang-pedagang yang tangguh, jujur, dan selalu bekerja keras. Jika perdagangan maju, maka akan menciptakan permintaan terhadap barang-barang dan jasa, baik pertanian maupun industri atau jasa.

Karena kegiatan perdagangan ini sangat besar jasanya dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat, konon Nabi pernah berucap bahwa perdagangan bisa mendatangkan keuntungan lebih besar daipada perang! Saya kurang begitu pasti bagaimana pandangan Nabi jika para pedagang berebut kekuasaan di partai politik. Tetapi yang jelas Nabi tidak penah menganggap pekerjaan sebagai pedagang sebagai profesi yang hina.

Suatu hal yang menarik untuk dipertanyakan; Kalau Nabi Muhammad saja tidak merasa hina jadi pedagang, mengapa kita kurang berminat menggeluti profesi sebagai pedagang, kita malah lebih suka menjadi berdesak-desak menjadi PNS??

Wallahu a'lam bishawab

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger