Selasa, 26 Januari 2010

Nasehat Dari Anak-Anak Yang Tegar

Lama anak saya memandang kearah wajah saya yang sedang menonton berita pagi di televisi. Dia tidak perduli dengan apa yang terjadi pada kotak ajaib tersebut. " Yah kok mata ayah berair , ayah nangis yah..?" tanyanya penuh selidik. Saya tidak berusaha menjawab, tapi memeluknya sambil mendudukannya di pangkuan. " Anak yang bernama Tegar itu harus tegar menghadapi dunia, menerima tanpa harus mengerti kebencian ayah tirinya yang menyebabkan kakinya terputus setelah di lindas oleh kereta api" kata pembawa acara di televisi. Sang ayah akhirnya di ganjar hukuman sepuluh tahun penjara sedangkan sang anak yang masih berumur empat tahun akan menanggung penderitaan tersebut seumur hidupnya.

Berbanding terbalik di Facebook saya mendapat kiriman berita lama yang di rekam lalu di sebar melalui media internet tentang seorang anak yang berusia enam tahun yang mengurusi semua keperluan ibunya mulai dari memasak, menyuapi , memandikan bahkan membuang kotoran ibunya karena sejak dua tahun yang lalu si ibu mengalami kelumpuhan karena terjatuh. Ayah sianak telah lama tidak pulang kerumah setelah beberapa tahun yang lalu pergi merantau ke Malaysia. Anak itu bernama Sinar dan hari itu, sinar sianak tersebut telah menyilaukan mata saya dengan amalnya, dengan cintanya dan dengan kasih sayang untuk ibunya.

dilahirkan, dia murni amanah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW mengatakan bahwa Warisan bagi Allah 'Azza wajalla dari hambaNya yang beriman ialah puteranya yang beribadah kepada Allah sesudahnya. hadist ini di riwayatkan oleh HR. Ath-Thahawi. Namun Rasulullah juga menasehati yang diriwayatkan oleh Ibu 'Asakir bahwa anak bisa menyebabkan kedua orangtuanya menjadi kikir dan penakut. Pemenuhan masalah ekonomi memang menjadi salah satu penyebab kerenggangan didalam sebuah rumah tangga, baik itu dengan anak karena jarang berkomunikasi maupun dengan istri atau suami karena tuntutan-tuntutan yang diluar jangkauan.

Sesuatu yang memisahkan dan membedakan antara seorang anak dengan orang dewasa adalah waktu, sesuatu yang Allah pernah bersumpah atas namanya, bahwa kita berada dalam sebuah kondisi yang menyebabkan kita merugi kecuali orang yang beramal salih, al 'amilussholikhat. Kita adalah mantan anak-anak, sedangkan anak-anak adalah calon orang dewasa. Kesalahan sekecil apapun yang pernah kita lakukan pada masa kecil tidak layak kita wariskan kepada anak kita. Ukiran kebaikan orang tua yang tertanam didada kita harus kita buat lebih indah didada anak-anak kita. Melihat senyum tegar dengan kakinya buntung seperti ingin berteriak kepada saya " Tidak ada gunanya memberitahukan orang lain tentang kesulitan anda , sebagian dari mereka tidak perduli dan sebagian lagi justru senang mendengarkan keluhan anda tanpa mau berbuat apa-apa, tegarlah dan sandarkan hidup hanya kepada Allah"


Salam

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger