Kamis, 21 Januari 2010

Tidak Selalu Pada Apa Yang Kita Mau

Hari itu cukup cerah terlihat seseorang melemparkan koran kedalam pagar rumah tetangga, setiap hari dia selalu rutin membawa surat kabar untuk para pelanggannya walaupun tidak pernah ada yang menanyakan khabarnya. Pada zaman modern seperti saat ini, transaksi memang tidak selalu harus bertatap muka. Banyak pedagang yang menjual barangnya dengan memberikan pelayanan yang memudahkan setiap pembeli untuk melakukan transaksi. disudut jalanan terlihat seorang ayah menarik tangan anaknya untuk sekolah, sedangkan si anak menangis dan bersikeras untuk tidak mau sekolah. " Aku gak mau sekolah ! , gurunya galak suka marahin aku" kata anak tersebut kepada ayahnya. " Memang kalau tidak sekolah kamu mau jadi apa nanti ? makanya kalau mengerjakan PR di rumah , bukan disekolah supaya tidak dimarahin guru, gimana sih !" balas sang ayah tidak mau kalah.


Di belahan duniamanapun kejadian seperti tadi pasti pernah terjadi, bahwa setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya walaupun dengan cara yang sering sekali tidak disukai oleh sianak. Jarang kita temui ada orang yang memulai sesuatu dari sudut padang orang lain dan baru kemudian memberikan alternatif pandangan dari sisinya. Sebaliknya kita sering kali memaksakan apa yang kita anggap baik lalu mengeyampingkan pandangan orang lain atau paling tidak mengiyakan tanpa menghiraukannya. Saya teringat sebuah buku cukup laris tentang pembentukan karakter dalam memahami orang lain oleh Dale Carneigie. Salah satu kiatnya menyebutkan bahwa agar kepentingan kita didengar maka mulailah berbicara atas nama kepentingan lawan bicara. Setelah dia mengetahui kalau kita telah memahami kepentingannya barulah kita menyampaikan apa yang kita inginkan.


Beberapa tahun yang lalu hal ini pernah saya terapkan tanpa sengaja. Sebuah kecerobohan yang membuat terjadinya tabrakan di perempatan lampu merah. Karena sedang terburu-buru, lampu kuning sebagai tanda akan munculnya tanda berhenti (merah) saya terobos. Di sebelah kiri arah melintang sebuah sepeda motor juga menerobos lampu kuning sebelum masuk lampu hijau. walaupun hanya berselang beberapa detik tapi kecelakaan tidak bisa dihindari dan orang tersebut bersembunyi di balik alibi lampu hijau yang sedang menyala, artinya dia melimpahkan kesalahan itu kepada saya. Karena benturan yang cukup parah , pengemudi motor tersebut meminta ganti rugi sebanyak tiga ratus ribu rupiah., sedangkan uang yang ada di dompet saat itu hanya berjumlah lima puluh ribu rupiah. Sebenarnya keadaan saya jauh lebih parah dari pada bapak tersebut tetapi masalah tidak akan pernah selesai ketika semua orang berbicara mengenai keadaan dirinya


"Nampaknya kondisi kita sama-sama parah dan mungkin ini akibat kelalaian saya tapi saya tidak punya uang sebesar yang bapak minta. Saya hanya memiliki uang lima puluh ribu, tentu tidak akan bisa menutupi semua kerugian bapak dan bapak bisa saja memperkarakan hal ini kepada polisi untuk kemudian di buat berita acara dan mungkin saja uang lima puluh ribu ini hanya untuk mengurus biaya perkara, lalu kita berdua tidak mendapatkan apa-apa selain menunggu untuk diproses dan itu akan memakan waktu sedangkan kondisi kita tidak akan berubah. Saya serahkan semua kepada bapak " kata saya secara halus kepada bapak tersebut. Kemarahannya mulai mereda. Seringkali kemarahan membutakan mata dan membuat oarng tidak mau berfikir. Setelah saya lihat keteduhan di wajahnya, saya kemudian menyalami tangannya sambil memberikan uang lima puluh ribu tersebut. Mungkin saja masih ada rasa kesal yang tersisa , tetapi tidak ada terucap sepatah katapun ketika saya meninggalkannya di lokasi tersebut


Segelas ilmu belum tentu lebih besar nilainya dengan setetes amal, setiap hari dalam keadaan apapun belajarlah untuk tetap terus berkembang dan beramal. Andre Gide mengatakan dalil tentang mengenali diri bisa menyesatkan tanpa mengenali potensi yang bisa menghambat perkembangan karena seekor ulat yang sibuk mengenali dirinya tidak akan pernah berubah menjadi kupu-kupu. Orang yang selalu memikirkan dirinya sendiri tidak akan pernah di pikirkan oleh orang lain dan ketika dia menyampaikan apa yang dia pikir maka orang akan mengira dia sedang bergumam untuk dirinya sendiri.

Akhlak memang menempati cerita tersendiri dalam bab kehidupan seorang muslim kepada siapapun. Rasulullah SAW pernah bersabda
"Sesungguhnya Allah membenci orang yang berhati kasar (kejam dan keras), sombong, angkuh, bersuara keras di pasar-pasar (tempat umum) pada malam hari serupa bangkai dan pada siang hari serupa keledai, mengetahui urusan-urusan dunia tetapi jahil (bodoh dan tidak mengetahui) urusan akhirat." (HR. Ahmad) dan "Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik." (HR. Abu Dawud)

Salam

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger